Penerapan Teknologi Rekayasa Genetika Pertama Kali Pada Penderita
Teknologi Rekayasa Genetika (TRG) adalah teknologi yang memanipulasi struktur DNA seseorang untuk menyembuhkan penyakit atau meningkatkan kualitas hidup. Teknologi ini telah banyak diterapkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Namun, belum banyak negara berkembang yang menerapkannya, termasuk Indonesia.
Penyakit Langka di Indonesia
Di Indonesia, terdapat penyakit langka yang belum ditemukan obatnya. Salah satunya adalah penyakit progeria. Progeria adalah penyakit di mana seseorang mengalami penuaan dini. Kondisi ini membuat anak-anak yang terkena penyakit ini terlihat seperti orang tua yang sudah renta dan terkena berbagai masalah kesehatan seperti kerusakan tulang dan jantung.
Penyakit ini sangat jarang terjadi, hanya terdapat 134 kasus di dunia pada tahun 2019. Di Indonesia, terdapat dua orang yang terkena penyakit ini. Mereka adalah Rizky dan Rifqi, dua anak yang berasal dari Sragen, Jawa Tengah. Kondisi kesehatan mereka semakin memburuk setiap harinya.
Penerapan TRG di Indonesia
Penerapan TRG pertama kali dilakukan di Indonesia untuk menyembuhkan Rizky dan Rifqi. Teknologi ini dilakukan oleh tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta. Pada tahun 2019, mereka melakukan rekayasa genetika pada sel-sel kulit Rifqi untuk menghasilkan sel-sel sehat yang kemudian ditanamkan kembali ke dalam tubuhnya.
Proses ini tidak mudah, karena selain butuh pengetahuan dan teknologi yang cukup, juga butuh proses uji klinis yang panjang. Namun demikian, penerapan TRG di Indonesia memicu harapan bahwa penyakit langka seperti progeria dapat disembuhkan dengan teknologi ini.
Penerimaan Masyarakat Terhadap TRG
Penerimaan masyarakat terhadap TRG di Indonesia masih rendah. Banyak masyarakat yang masih takut dengan teknologi ini karena dianggap merusak nilai-nilai budaya dan agama. Namun, TRG yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit langka yang sulit diobati harus mendapat dukungan dari masyarakat.
Sementara itu, badan-badan terkait seperti Komisi Nasional Bioetika (KNB) dan Dewan Teknologi Rekayasa Genetika (DTRG) juga harus lebih aktif dalam memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang TRG. Keterbukaan dan transparansi juga sangat penting dalam penggunaan teknologi ini.
Kesimpulan
Teknologi Rekayasa Genetika memiliki potensi besar untuk menyembuhkan penyakit langka seperti progeria yang sulit diobati. Penerapan teknologi ini pertama kali dilakukan di Indonesia untuk menyembuhkan dua anak yang terkena penyakit langka ini. Meski demikian, penerimaan masyarakat terhadap teknologi ini masih rendah dan butuh edukasi yang lebih.